Surah III: Tubuh sebagaimana jiwamu, dan begitu pula sebaliknya, sebuah kesatuan tunggal, satu yang universal.
“Takkan pernah! Tidak akan pernah!” Terluka di jantung sembilan sungai, jiwa kami menghujam lautan. Pikiran kami bibir sumbing kegilaan, berjingkrak di atas lumpur, mengembara swatantra mengelanai neraka surgawi.
Demi Tuhan yang keji dan manusia yang mempermainkan hidup. Anak malang menanggung derita tak terperi, kini segala sesuatu terlihat redup. Sehari-hari meratapi nasib, reruntuhan bangunan, dan langit. Tembok kusam adalah jeritan hatinya, kapur yang ia curi dari sekolah dan krayon pemberian ibunya sebagai alat untuk menuliskan dan menggambarkan kebisingan di dalam kepala. Baginya tidak ada yang lebih menyakitkan selain bercermin, melihat dan mengenali dirinya sendiri. Dari banyaknya rupa-rupa di dunia, Ia hanya mengenali rupa dari kesedihan dan dendam. Sepertinya Ia sudah mengenal dengan baik segala bentuknya, bahkan hanya dari mendengar suaranya. Sebagian orang percaya ini adalah kehendak Tuhan.
G.004 Ratapan
Kamu adalah dendam yang lahir dari sela-sela selangkangan, lacur yang dibesarkan menjadi dengki. Anakku, perkenalkan, aku bapakmu. Bapak yang melahirkan engkau ke dunia ini. Akulah bapak yang menelantarkanmu, yang memberimu pelajaran hidup yang sangat berharga. Berterima kasihlah, karena diriku, kamu bisa menikmati gelap gulitanya dunia lebih awal dari orang lain, karena diriku kamu bisa hidup dan belajar mandiri. Apa? Kamu pernah ingin mengakhiri hidupmu? Kamu ini memang anak yang tidak bisa menjaga nama baik bapakmu, memalukan sekali. Kamu ini sungguh anak yang tidak tahu diuntung, bahkan kamu tidak tahu cara mencukur jembut sebelum berusia dua puluh tiga tahun.
G.005 Anak Durhaka
oleh cerealhunter
generated by the reality simulator
𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝟵𝟴 𝗞𝗮𝘁𝗮
𝗩𝗼𝗹𝘂𝗺𝗲 𝟬𝟱